Skrining Jantung: Mengenali Gejala dan Bahaya Angin Duduk, Penyakit Jantung yang Mematikan

Bahaya Angin Duduk

Tahukah Anda bahwa angin duduk sebenarnya bukan masalah ringan seperti yang mungkin sering kita dengar? Istilah ini sebenarnya merujuk pada kondisi medis yang jauh lebih serius yaitu angina pectoris, yaitu nyeri dada yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otot jantung. Kondisi ini merupakan salah satu tanda utama penyakit jantung koroner, yang jika tidak segera ditangani, bisa berujung pada serangan jantung yang mematikan.

Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang apa itu angin duduk (angina pectoris), gejalanya, penyebabnya, cara pencegahannya, dan kapan harus memeriksakan diri ke dokter jantung, khususnya di Cardiacare, pusat spesialis jantung.

Apa Itu Angin Duduk (Angina Pectoris)?

Angina pectoris, yang sering disebut sebagai angin duduk, adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di dada yang terjadi karena otot jantung tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Penyebab utamanya adalah penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri koroner akibat penumpukan plak (aterosklerosis). Ketika aliran darah ke jantung terganggu, otot jantung kekurangan oksigen, sehingga muncul nyeri dada atau rasa tertekan yang sering digambarkan seperti “tertindih benda berat” di dada.

Gejala angin duduk biasanya dipicu oleh aktivitas fisik yang berat atau stres emosional yang membuat jantung bekerja lebih keras dan membutuhkan lebih banyak oksigen. Meski begitu, angin duduk juga bisa muncul saat Anda sedang beristirahat.

Gejala-Gejala Angin Duduk yang Harus Diwaspadai

Gejala angin duduk sering kali disalahartikan dengan kondisi ringan, padahal ini adalah tanda bahwa ada masalah serius pada jantung. Berikut ini adalah beberapa gejala umum angina pectoris:

1. Nyeri atau sesak di dada, terasa seperti tekanan berat atau terbakar.

2. Nyeri yang menjalar ke lengan, leher, rahang, atau punggung.

3. Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.

4. Keringat dingin atau merasa pusing.

5. Mual atau muntah.

Jika Anda merasakan gejala-gejala ini, terutama jika muncul saat beraktivitas atau berlangsung lebih dari 5 menit, penting untuk segera mencari pertolongan medis. Gejala tersebut dapat menjadi tanda awal serangan jantung.

Penyebab dan Faktor Risiko Angin Duduk

Angina pectoris terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan di arteri koroner, yang menghalangi aliran darah ke jantung. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang mengalami angin duduk:

1. Hipertensi (tekanan darah tinggi).

2. Kolesterol tinggi, yang memicu penumpukan plak di dinding arteri.

3. Diabetes, yang dapat merusak pembuluh darah.

4. Merokok, kebiasaan ini meningkatkan risiko aterosklerosis.

5. Obesitas dan kurang aktivitas fisik, yang meningkatkan beban kerja jantung.

6. Stres berlebihan, yang dapat memicu tekanan pada jantung.

Jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor risiko di atas, sangat penting untuk melakukan skrining jantung secara rutin untuk mendeteksi adanya masalah jantung sejak dini.

Klasifikasi Angina Pectoris

Ada dua jenis angina yang harus Anda ketahui:

1. Angina Stabil: Nyeri dada yang timbul saat Anda melakukan aktivitas fisik atau sedang stres, tetapi biasanya mereda dengan istirahat atau setelah minum obat. Jenis angina ini lebih umum dan dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup serta pengobatan.

2. Angina Tidak Stabil: Jenis angina yang lebih serius dan bisa terjadi kapan saja, bahkan saat Anda sedang beristirahat. Angina tidak stabil sering kali menjadi tanda bahwa serangan jantung akan segera terjadi. Kondisi ini membutuhkan perawatan darurat segera.

Pemeriksaan dan Pengobatan Angin Duduk

Jika Anda mengalami gejala angin duduk, dokter jantung akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis kondisi Anda, antara lain:

1. Elektrokardiogram (EKG): Alat ini akan merekam aktivitas listrik jantung Anda untuk mendeteksi adanya masalah pada irama jantung.

2. Tes stres jantung: Pemeriksaan ini dilakukan saat Anda berolahraga untuk melihat bagaimana jantung Anda bekerja saat beraktivitas.

3. Angiografi koroner: Prosedur ini menggunakan zat kontras dan sinar-X untuk melihat apakah ada penyumbatan di arteri koroner Anda.

Setelah diagnosis, pengobatan angina pectoris bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi yang lebih serius seperti serangan jantung. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:

Obat-obatan: Seperti nitrat (misalnya nitrogliserin), beta-blockers, atau statin untuk menurunkan kadar kolesterol.

Prosedur medis: Salah satu yang paling umum adalah pemasangan stent jantung atau angioplasti. Stent adalah perangkat kecil berbentuk cincin yang dimasukkan ke dalam arteri untuk membukanya dan memastikan aliran darah tetap lancar.

Menurut penelitian, pemasangan stent jantung memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu sekitar 95% untuk memperbaiki aliran darah dan mengurangi gejala angina . Namun, setelah prosedur ini, pasien harus tetap mematuhi instruksi dokter, seperti mengonsumsi obat pengencer darah untuk mencegah pembentukan bekuan darah di sekitar stent.

Kapan Harus Memeriksakan Jantung Anda?

Jika Anda merasakan gejala nyeri dada atau memiliki faktor risiko penyakit jantung, jangan menunda untuk melakukan pemeriksaan. Deteksi dini dapat membantu mencegah kondisi yang lebih serius seperti serangan jantung.

Di Cardiacare, kami menyediakan layanan skrining jantung lengkap yang meliputi EKG, tes darah, dan konsultasi dengan spesialis jantung. Anda juga bisa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pengobatan dan prosedur pemasangan stent jantung jika diperlukan. Dengan tim dokter jantung berpengalaman, kami siap membantu Anda menjaga kesehatan jantung agar terhindar dari risiko fatal.

Kesimpulan

Angin duduk atau angina pectoris bukanlah kondisi yang bisa dianggap sepele. Ini adalah tanda peringatan bahwa ada masalah serius pada arteri koroner yang bisa berujung pada serangan jantung. Dengan memahami gejalanya, mengetahui faktor risikonya, dan segera melakukan skrining jantung, Anda dapat melindungi diri dari bahaya penyakit jantung.

Jika Anda atau orang yang Anda cintai mengalami gejala angina, segera lakukan pemeriksaan di Cardiacare dan konsultasikan masalah jantung Anda dengan dokter spesialis jantung kami. Jangan tunda untuk menjaga kesehatan jantung Anda!

Sumber:

1. Shahsanaei, F., Gharibzadeh, A., Behrooj, S. et al. A systematic review and bioinformatic study on clinical, paraclinical, and genetic factors predisposing to stent restenosis following percutaneous coronary intervention. BMC Cardiovasc Disord 24, 304 (2024). https://doi.org/10.1186/s12872-024-03955-3

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top